BANJARMASIN, DITPAIS - Seorang Guru Agaama Islam bukan hanya bertanggung jawab memberikan materi kepada para siswa yang kemudian selesai begitu saja. Akan tetapi apa yang telah dilakukannya akan diminta pertanggungjabannya diakhirat kelak. Jelas Prof. Abdul Majid, MA dalam acara Sosialisasi Standar Nasional PAI yang diadakan Direktorat Pendidikan Agama Islam Dirjen Pendis Kementerian Agama.
Oleh karena itu, lanjut Majid, guru harus memberikan yang terbaik agar apa yang dilakukan benar-benar mencerdaskan anak didik yang tentunya akan menjadi pahala nanti di akhirat. Jadi apa yang dilakukan seorang guru agama bukan hanya menyelesaikan beban kerja dan selesai begitu saja akan tetapi apa yang telah dilakukannya akan diminta pertanggungjawabkan diakhirta kelak. Jika mindset seorang guru PAI seperti ini maka akan komitmen untuk mencerdaskan akan tetap terjaga. "guru agama bukan hanya sebatas mengajar" Paparnya
Kaiatan dengan melemahnya karakter bangsa dengan bergaimacam kekerasan yang muncul khususnya dikalangan pelajar. Sesungguhnya guru agama memiliki saham yang sangat besar dalam pembentukan karakter anak didik. Hal ini tentu karena esensi dari Pelajaran Agama Islam di sekolah adalah bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berakhlak baik personal maupun social.
"PAI itu bertujuan menciptakan anak shaleh" Tukas Majid
Agar para guru agama Islam dapat bekerja dengan sebaiknya maka seorang Kepala Seksi Mapenda harus mau meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, arahan dan bimbingan bagi guru PAI. jangan hanya para Kasi berpangku tangan tanpa ada kerja keras dan cerdas membimbing para guru. "tanpa peran para kasi Mapenda didaerah sulit bagi GPAI" imbuhnya
Salah satu kelemahn guru adalah menghadirkan islam yang kontekstual kepada siswa. Guru tidak mampu memberikan ilustrasi yang sesuai dengan zaman dalam kaitannya mengajarkan PAI di sekolah. Dalam mengajarkan sejarah kebudayaan Islam misalnya, banyak guru yang memberikan cerita-cerita zaman dahulu tanpa menggali nilai-nilai dalam cerita tersebut yang kemudian dikemas dalam kebudayaan setempat. Masalah seperti ini membuat Pendidikan agama Islam di sekolah kehilangan ruhnya. Guru PAI harus dibekali metodelogi dalam mentransfer value. Salah satunya adalah dengan menguatkan pemahaman Guru Agama Islam tentang sosiolinguistik. "guru PAI masih lemah dalam menghadirkan Islam yang kontekstual" tukas Abdul Majid di hadapan para kasi di dua Provinsi, yakni Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
sumber:
http://www.pendis.kemenag.go.id/pais/, diakses; 29/9/2011
Oleh karena itu, lanjut Majid, guru harus memberikan yang terbaik agar apa yang dilakukan benar-benar mencerdaskan anak didik yang tentunya akan menjadi pahala nanti di akhirat. Jadi apa yang dilakukan seorang guru agama bukan hanya menyelesaikan beban kerja dan selesai begitu saja akan tetapi apa yang telah dilakukannya akan diminta pertanggungjawabkan diakhirta kelak. Jika mindset seorang guru PAI seperti ini maka akan komitmen untuk mencerdaskan akan tetap terjaga. "guru agama bukan hanya sebatas mengajar" Paparnya
Kaiatan dengan melemahnya karakter bangsa dengan bergaimacam kekerasan yang muncul khususnya dikalangan pelajar. Sesungguhnya guru agama memiliki saham yang sangat besar dalam pembentukan karakter anak didik. Hal ini tentu karena esensi dari Pelajaran Agama Islam di sekolah adalah bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berakhlak baik personal maupun social.
"PAI itu bertujuan menciptakan anak shaleh" Tukas Majid
Agar para guru agama Islam dapat bekerja dengan sebaiknya maka seorang Kepala Seksi Mapenda harus mau meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, arahan dan bimbingan bagi guru PAI. jangan hanya para Kasi berpangku tangan tanpa ada kerja keras dan cerdas membimbing para guru. "tanpa peran para kasi Mapenda didaerah sulit bagi GPAI" imbuhnya
Salah satu kelemahn guru adalah menghadirkan islam yang kontekstual kepada siswa. Guru tidak mampu memberikan ilustrasi yang sesuai dengan zaman dalam kaitannya mengajarkan PAI di sekolah. Dalam mengajarkan sejarah kebudayaan Islam misalnya, banyak guru yang memberikan cerita-cerita zaman dahulu tanpa menggali nilai-nilai dalam cerita tersebut yang kemudian dikemas dalam kebudayaan setempat. Masalah seperti ini membuat Pendidikan agama Islam di sekolah kehilangan ruhnya. Guru PAI harus dibekali metodelogi dalam mentransfer value. Salah satunya adalah dengan menguatkan pemahaman Guru Agama Islam tentang sosiolinguistik. "guru PAI masih lemah dalam menghadirkan Islam yang kontekstual" tukas Abdul Majid di hadapan para kasi di dua Provinsi, yakni Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
sumber:
http://www.pendis.kemenag.go.id/pais/, diakses; 29/9/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar